JAKARTA, Detiktimes.com – Puluhan orang dari kelompok Al Aqso Working menggelar aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Jumat (11/4/2025). Aksi ini merupakan bagian dari kegiatan Jumat rutin yang mereka lakukan untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina, khususnya warga Gaza yang terus menjadi korban kekerasan militer Israel.
Mereka berkumpul sejak pukul 13.00 WIB, usai salat Jumat. Massa membawa spanduk, poster, dan bendera Palestina. Mereka juga mengenakan atribut bernuansa perjuangan Palestina seperti syal kufiya dan pakaian serba hitam.
Aksi ini merespons seruan “Jihad Ulama Bela Gaza” yang digaungkan tokoh-tokoh keagamaan dalam beberapa waktu terakhir. Para peserta menyerukan kemerdekaan Palestina dan mengecam keras tindakan brutal militer Israel yang terus menggempur wilayah Gaza tanpa henti.
Desakan kepada Pemerintah Indonesia
Dalam orasinya, para peserta meminta pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah lebih tegas. Mereka menilai, kecaman verbal tidak cukup untuk menghentikan kekerasan yang terjadi.
“Kami mendesak pemerintah Indonesia tidak hanya mengutuk, tapi juga aktif dalam diplomasi internasional, menekan Israel dan sekutunya untuk menghentikan genosida di Gaza,” ujar salah satu orator dari atas mobil komando.
Mereka juga menuntut pemerintah segera menghentikan kerja sama militer dan perdagangan dengan negara-negara yang dianggap mendukung agresi Israel terhadap Palestina, termasuk Amerika Serikat.
Teriakkan Solidaritas untuk Gaza
Aksi damai ini berlangsung tertib dengan pengawalan aparat keamanan. Peserta aksi membacakan puisi, menyanyikan lagu perjuangan, dan melakukan doa bersama untuk warga Palestina. Beberapa di antara mereka juga membawa boneka anak-anak yang dibungkus kain putih sebagai simbol duka atas ribuan anak yang menjadi korban serangan di Gaza.
“Kami tidak akan diam. Gaza berdarah setiap hari. Ini bukan soal agama semata, tapi soal kemanusiaan,” kata Nurul Hidayah, salah satu peserta aksi yang datang bersama suaminya.
Aksi Jumat ini bukan yang pertama kali digelar. Al Aqso Working rutin melakukan unjuk rasa setiap pekan di berbagai titik di Jakarta. Mereka menyatakan akan terus melakukan aksi hingga pembantaian di Gaza benar-benar berhenti.
Sorotan terhadap Amerika Serikat
Massa menilai Amerika Serikat sebagai negara yang paling bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Palestina. Mereka menuduh AS membiayai dan mendukung agresi Israel secara militer dan politik.
“Amerika harus hentikan bantuan senjata ke Israel. Mereka bukan hanya sekutu, tapi dalang pembantaian ini,” kata Ahmad Fauzi, koordinator aksi.
Fauzi menambahkan, pihaknya tidak akan berhenti menyuarakan keadilan untuk Palestina, meski hanya melalui aksi jalanan. Ia percaya suara rakyat bisa menggugah kesadaran global.
Aparat Kawal Aksi dengan Ketat
Pihak kepolisian tampak berjaga di sekitar kawasan Kedubes AS. Polisi memasang pagar kawat dan menyiagakan personel untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun hingga aksi selesai, situasi tetap kondusif dan damai.
Kapolsek Menteng, AKBP Dwi Santoso, menyampaikan bahwa aparat mengawal aksi ini agar berlangsung aman. Ia juga mengapresiasi sikap tertib para peserta aksi.
“Kami kawal sesuai prosedur. Aksi berjalan damai dan tertib,” kata Dwi singkat.
Dukungan Dunia Terus Mengalir
Konflik di Gaza memang terus menjadi perhatian dunia. Sejak akhir 2023, agresi Israel terhadap Palestina kembali meningkat tajam. Ribuan warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, menjadi korban. Infrastruktur hancur, dan jutaan orang terpaksa hidup tanpa akses air bersih, listrik, atau layanan kesehatan.
Masyarakat Indonesia pun menunjukkan solidaritas dalam berbagai bentuk. Aksi damai seperti ini menjadi salah satu cara untuk menyampaikan pesan kemanusiaan, selain penggalangan dana dan doa bersama.
Kesimpulan
Aksi damai yang digelar di depan Kedubes AS menegaskan bahwa suara solidaritas terhadap Palestina masih kuat. Puluhan warga dari Al Aqso Working menyerukan keadilan, menuntut penghentian kekerasan di Gaza, dan meminta pemerintah Indonesia bersikap lebih aktif.
Mereka percaya, perjuangan untuk Palestina bukan sekadar soal agama, tetapi panggilan nurani dan kemanusiaan. Selama kekerasan masih berlangsung, mereka berjanji akan terus turun ke jalan, menyuarakan perlawanan damai untuk Gaza.