Blitar – Kepolisian terus bergerak cepat untuk menyelidiki kasus perundungan yang melibatkan sejumlah siswi sekolah menengah pertama (SMP) di wilayah hukum Polres Blitar Kota. Video kekerasan yang merekam kejadian ini telah menyebar luas di media sosial sejak Senin (10/3/2025), sehingga menuai kecaman dari berbagai pihak.
Dalam video tersebut, terlihat jelas seorang siswi menjadi sasaran kekerasan oleh teman-temannya di sebuah tempat yang sepi. Tindakan perundungan ini memicu kemarahan publik dan mendorong pihak kepolisian untuk segera mengusut serta menindak tegas para pelaku.
Lokasi Kejadian Berhasil Ditemukan di Desa Kalipucung
Kasi Humas Polres Blitar Kota, Iptu Samsul Anwar, mengonfirmasi bahwa hasil penyelidikan mengarah pada lokasi kejadian di Desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar. Meskipun insiden ini terjadi pada 27 Februari 2025, baru belakangan ini kasus tersebut viral setelah rekaman kejadian tersebar di media sosial.
“Setelah melakukan investigasi, kami memastikan bahwa lokasi kejadian berada di Desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon. Peristiwa ini juga memiliki keterkaitan dengan wilayah Srengat karena para pelaku dan korban berasal dari sana,” jelas Iptu Samsul Anwar, Senin (10/3/2025).
Pelaku Menyerang Korban Karena Kesalahpahaman di Media Sosial
Hasil penyelidikan mengungkapkan bahwa kejadian ini bermula saat korban dijemput oleh empat siswi yang merupakan teman sekolahnya di Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat. Setelah itu, mereka membawa korban ke lokasi terpencil dan memulai perdebatan yang berakhir dengan aksi kekerasan.
“Para pelaku menanyakan alasan mengapa korban menyukai unggahan pacar salah satu dari mereka di media sosial. Kesalahpahaman ini memicu emosi dan berujung pada kekerasan berupa pukulan serta tendangan terhadap korban,” ungkap Iptu Samsul.
Tidak hanya itu, para pelaku juga merekam aksi tersebut dan membagikannya di media sosial. Video inilah yang akhirnya menyebar luas dan mengundang perhatian publik. Polisi pun langsung bergerak untuk menyelidiki dan mengidentifikasi para pelaku.
Korban Awalnya Enggan Melapor Karena Ketakutan
Korban mengalami trauma akibat kejadian tersebut dan merasa takut untuk melaporkan insiden ini kepada orang tua maupun pihak berwajib. Rasa takut tersebut diperparah oleh ancaman yang diduga diberikan oleh para pelaku agar korban tetap diam.
Namun, setelah polisi melakukan pendekatan secara persuasif, korban akhirnya berani berbicara dan melaporkan kasus ini ke Polres Blitar Kota. Saat ini, korban menjalani serangkaian pemeriksaan di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Blitar Kota dengan didampingi oleh orang tuanya.
Proses Hukum Berjalan, Polisi Periksa Para Pelaku
Polisi terus mengusut kasus ini secara menyeluruh. Penyidik sudah memanggil beberapa saksi, termasuk teman-teman korban dan para pelaku, guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kronologi kejadian.
“Kami akan menindak tegas siapa pun yang terlibat dalam kasus ini. Penyidik akan melakukan pemeriksaan mendalam agar hukum dapat ditegakkan dengan adil. Kami juga meminta kerja sama dari orang tua dan sekolah dalam mengawasi perilaku anak-anak mereka,” ujar Iptu Samsul.
Selain itu, kepolisian telah mengamankan barang bukti berupa rekaman video yang viral di media sosial untuk memperkuat proses penyelidikan. Jika terbukti bersalah, para pelaku dapat dijerat dengan pasal terkait perundungan dan kekerasan terhadap anak di bawah umur.
Kesadaran Masyarakat Dibutuhkan untuk Mencegah Perundungan
Kasus ini kembali menegaskan bahwa perundungan di lingkungan sekolah masih menjadi permasalahan serius yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Kekerasan yang terjadi bukan hanya berdampak pada fisik korban, tetapi juga menimbulkan luka psikologis yang mendalam.
Polisi mengimbau kepada para orang tua untuk lebih aktif mengawasi anak-anak mereka, terutama dalam berinteraksi di media sosial. Guru dan pihak sekolah juga harus berperan dalam memberikan edukasi tentang pentingnya menghargai satu sama lain dan mencegah terjadinya konflik yang bisa berujung pada perundungan.
Bagi korban yang mengalami perundungan, penting untuk segera melapor agar mendapatkan perlindungan. Dengan adanya dukungan dari keluarga, sekolah, dan aparat penegak hukum, diharapkan kasus serupa dapat dicegah di masa mendatang.
Kesimpulan
Kasus perundungan di Blitar ini menjadi bukti bahwa kekerasan di lingkungan sekolah masih memerlukan perhatian serius. Selain menindak pelaku, edukasi mengenai bahaya perundungan harus semakin ditingkatkan agar para remaja memahami pentingnya saling menghormati dan membangun pergaulan yang sehat.
Pihak kepolisian berkomitmen untuk menangani kasus ini dengan serius serta memastikan bahwa korban mendapatkan perlindungan yang layak. Masyarakat diharapkan lebih peduli dan aktif dalam memberantas perundungan, sehingga lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi anak-anak dapat tercipta.