Umat Islam di Indonesia bersiap menyambut bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah pada akhir pekan ini. Ramadhan merupakan bulan penuh berkah yang menjadi momen istimewa bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa sebagaimana diperintahkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Penentuan Awal Ramadhan 2025
Para ulama menetapkan awal Ramadhan setelah bulan Syakban berakhir. Di Indonesia, Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan keputusan ini melalui sidang isbat. Sidang ini mengacu pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004 tentang penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Selain pemerintah, organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga memiliki metode tersendiri dalam menentukan awal Ramadhan. Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, sementara NU dan pemerintah mengacu pada metode rukyatul hilal dengan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Jadwal Sidang Isbat Pemerintah
Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat pada Jumat, 28 Februari 2025, bertepatan dengan 29 Syakban 1446 H. Sidang ini akan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Jakarta Pusat, dan dihadiri oleh berbagai pihak, antara lain:
- Perwakilan ormas Islam
- Majelis Ulama Indonesia (MUI)
- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
- Ahli falak
- DPR dan Mahkamah Agung
Para peserta sidang isbat akan mempertimbangkan hasil hisab dan laporan rukyatul hilal. Berdasarkan kriteria MABIMS, mereka menganggap hilal terlihat jika ketinggiannya minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Menurut Direktur Urais Binsyar Kemenag, Arsad Hidayat, ijtimak akan terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025 pukul 07.44 WIB. Pada hari itu, ketinggian hilal di Indonesia berkisar antara 3° 5,91′ hingga 4° 40,96′, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03′ hingga 6° 24,14′.
Keputusan NU dan Muhammadiyah
Nahdlatul Ulama (NU) NU belum mengumumkan awal Ramadhan 2025. Biasanya, Lembaga Falakiyah PBNU akan menyampaikan keputusan setelah melakukan rukyatul hilal pada 29 Syakban 1446 H.
Muhammadiyah Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Penetapan ini berdasarkan Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025 tentang Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah 1446 H.
Dalam maklumat tersebut, Muhammadiyah menyatakan bahwa saat Matahari terbenam pada 28 Februari 2025, hilal sudah berada di atas ufuk di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan pada 1 Maret 2025. Selain itu, mereka juga menetapkan Idul Fitri 1446 H pada Senin, 31 Maret 2025, dengan durasi Ramadhan disempurnakan menjadi 30 hari.
Potensi Perbedaan Awal Ramadhan
Perbedaan awal Ramadhan antara pemerintah dan Muhammadiyah cukup besar. Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, memperkirakan bahwa pemerintah akan menetapkan 1 Ramadhan 1446 H pada Minggu, 2 Maret 2025, karena kemungkinan rukyatul hilal mengalami kendala.
Menurut Thomas, meskipun hilal di Banda Aceh telah memenuhi kriteria MABIMS, di beberapa wilayah lain seperti Surabaya, ketinggian hilal masih sekitar 5,8 derajat. Hal ini dapat menyebabkan hilal sulit diamati.
“Posisi Bulan yang terlalu dekat dengan Matahari serta ketinggiannya yang masih cukup rendah menunjukkan bahwa awal Ramadhan 1446 H kemungkinan sulit dirukyat. Oleh karena itu, kita perlu menunggu hasil sidang isbat untuk kepastian,” ujar Thomas.
Sikap Umat Islam
Perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan bukan hal baru di Indonesia. Umat Islam diharapkan untuk tetap menghormati keputusan masing-masing organisasi dan menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketakwaan. Ramadhan adalah waktu untuk meningkatkan ibadah, mempererat persaudaraan, dan memperbanyak amal kebaikan.