Ponorogo – Pada 3 Desember 2024, Reog Ponorogo mendapatkan pengakuan internasional dari UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Pengakuan ini diberikan dalam Sidang Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage (ICH) yang diadakan di Asunción, Paraguay. Hal ini menambah daftar panjang warisan budaya Indonesia yang diakui dunia, dan memberi dampak besar terhadap pelestarian budaya Indonesia.
Proses Pengakuan Reog Ponorogo oleh UNESCO
Pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo bukanlah proses yang mudah. Pada 2022, Pemerintah Indonesia sempat mengajukan seni pertunjukan ini ke UNESCO. Namun, pengajuan tersebut tidak berhasil. Pemerintah Indonesia saat itu memprioritaskan Jamu sebagai warisan budaya tak benda. Meskipun begitu, upaya untuk mengajukan Reog Ponorogo kembali terus dilakukan. Pada 2023, Reog Ponorogo akhirnya terdaftar dalam kategori Urgent Safeguarding List UNESCO.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya Reog Ponorogo diakui secara resmi oleh UNESCO. Pengakuan ini menunjukkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk melestarikan seni dan budaya lokal yang kaya. Pengakuan UNESCO bukan hanya soal penghargaan, tetapi juga bentuk tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya tersebut agar tetap hidup dan berkembang.
Sejarah Reog Ponorogo yang Mendalam
Reog Ponorogo memiliki sejarah panjang yang berasal dari masa Kerajaan Kediri pada abad ke-11. Kisah rakyat menyebutkan bahwa Reog Ponorogo bermula dari cerita cinta Raja Klana Sewandono dan Putri Songgolangit. Untuk memenangkan hati sang putri, Raja Klana menciptakan pertunjukan seni yang belum pernah ada sebelumnya. Pertunjukan tersebut menggunakan Singo Barong, seekor harimau besar dengan burung merak yang bertengger di atasnya.
Reog Ponorogo bukan hanya sekadar pertunjukan hiburan. Setiap elemen dalam pertunjukan ini mengandung simbolisme yang mendalam. Reog menggambarkan perlawanan antara kebaikan dan kejahatan. Tarian dan musik yang mengiringi pertunjukan mencerminkan nilai-nilai kehidupan dan filosofi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Keuntungan Pengakuan UNESCO bagi Indonesia
Pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo membawa banyak manfaat bagi Indonesia. Pertama, pengakuan ini meningkatkan citra budaya Indonesia di mata dunia. Reog Ponorogo menjadi lebih dikenal secara internasional. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkenalkan lebih banyak warisan budaya kepada dunia.
Kedua, pengakuan ini memberikan dorongan bagi pelestarian budaya Indonesia. Reog Ponorogo yang diakui dunia kini memiliki status yang lebih kuat. Pemerintah Indonesia dan masyarakat dapat bekerja sama untuk memastikan bahwa seni pertunjukan ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Pengakuan ini juga membuka peluang untuk meningkatkan sektor pariwisata Indonesia, terutama di Ponorogo, sebagai tempat asal seni ini.
Selain itu, dengan pengakuan internasional ini, Reog Ponorogo bisa menjadi daya tarik wisata global. Para wisatawan mancanegara yang tertarik dengan kebudayaan Indonesia dapat datang untuk menyaksikan langsung pertunjukan yang telah mendunia ini. Dampak positifnya tidak hanya dirasakan oleh Ponorogo, tetapi juga daerah-daerah lain yang kaya akan budaya Indonesia.
Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Uruguay, dan Paraguay, Sulaiman Syarif, mengatakan bahwa pengakuan UNESCO akan memperkuat hubungan budaya Indonesia dengan negara-negara lain. Terutama dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin, yang kini semakin mengenal dan mengapresiasi warisan budaya Indonesia.
Pengaruh Positif terhadap Ekonomi Kreatif dan Pariwisata
Pengakuan Reog Ponorogo juga berpotensi mendukung sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Seni pertunjukan ini bisa dikembangkan menjadi sebuah industri kreatif yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari seniman, pelaku industri pariwisata, hingga pemerintah daerah. Pemerintah bisa menyelenggarakan berbagai festival budaya dan pertunjukan Reog yang dapat menarik wisatawan domestik maupun internasional.
Lebih dari itu, keberhasilan ini menjadi contoh bagi upaya pelestarian budaya lainnya di Indonesia. Negara ini memiliki kekayaan budaya yang sangat besar, dan Reog Ponorogo menjadi simbol dari keberagaman dan kekuatan budaya Indonesia. Dengan pengakuan ini, diharapkan ada lebih banyak inisiatif dari masyarakat dan pemerintah untuk menjaga warisan budaya lainnya agar tetap lestari.
Tantangan ke Depan untuk Pelestarian Reog Ponorogo
Meskipun Reog Ponorogo telah diakui UNESCO, tantangan untuk menjaga dan melestarikan seni ini tetap ada. Pelestarian budaya bukan hanya soal pengakuan internasional, tetapi juga soal bagaimana masyarakat lokal dan pemerintah daerah bisa bekerja sama untuk memastikan keberlanjutannya.
Selain itu, generasi muda Indonesia perlu diberdayakan agar lebih mencintai dan melestarikan seni budaya tradisional. Pengenalan Reog Ponorogo di sekolah-sekolah dan universitas dapat menjadi salah satu cara untuk memastikan seni ini tidak hilang ditelan zaman. Keterlibatan generasi muda dalam menjaga dan melestarikan budaya ini sangat penting untuk menjaga agar warisan budaya seperti Reog Ponorogo tetap ada di masa depan.