Blitar – Meski Kota Blitar bukan daerah endemis malaria, penyakit tersebut ditemukan pada tiga kasus di kota ini hingga November 2024. Kasus-kasus tersebut terjadi setelah penderita melakukan perjalanan ke wilayah endemis malaria, seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Blitar, Trianang Prasetyawan, menjelaskan bahwa penularan malaria di Kota Blitar berasal dari luar daerah. “Kami tetap melakukan pemantauan dan penanganan setiap kasus malaria meski Blitar bukan daerah endemis. Penyebaran malaria umumnya terjadi setelah penderita kembali dari daerah yang memiliki risiko tinggi,” ujarnya.
Pihak Dinkes Kota Blitar pun terus mengedepankan langkah-langkah pencegahan, termasuk identifikasi dan pengobatan cepat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. “Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang membawa parasit. Gejala yang biasa muncul adalah demam tinggi, menggigil, dan sakit kepala beberapa hari setelah terinfeksi,” jelas Trianang.
Untuk pencegahan, Dinkes mengimbau masyarakat menjaga kebersihan lingkungan dan membersihkan potensi tempat berkembang biaknya nyamuk, seperti penampungan air yang terbuka. “Pola hidup sehat dan kebersihan lingkungan sangat penting, terutama di musim hujan. Penggunaan kelambu saat tidur serta obat nyamuk juga diharapkan dapat mengurangi risiko penyebaran,” tambahnya.
Trianang juga menekankan agar warga yang bepergian ke daerah berisiko tinggi malaria segera memeriksakan diri jika merasakan gejala setelah kembali. “Deteksi dini sangat penting untuk menghindari komplikasi serius. Pengobatan yang cepat dapat membantu menghentikan penyebaran penyakit,” pungkasnya.