Blitar – Di tengah era keterbukaan informasi, dokter dihadapkan pada tantangan baru yang mengharuskan mereka untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Komunikasi terbuka dengan pasien dan keluarganya menjadi kunci untuk mencegah terjadinya kasus malapraktik.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Blitar, dr. Herlin Ratnawati, SH MPH, mengungkapkan bahwa banyak kasus malapraktik berakar dari kurangnya komunikasi antara dokter dan keluarga pasien. “Prinsipnya, dokter harus menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya. Hal ini penting agar tidak terjadi salah paham atau miskomunikasi,” ujarnya dalam wawancara dengan Jawa Pos Radar Blitar pada Senin (21/10).
Menurut dr. Herlin, sebagian besar masalah malapraktik muncul dari kesenjangan antara harapan pasien dan hasil yang didapat, yang sering kali tidak dikomunikasikan dengan jelas. “Kami terus mendorong anggota untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan edukasi kepada masyarakat sebagai mitra dalam upaya kesehatan,” tambahnya.
Kemajuan teknologi informasi, terutama melalui media sosial, juga memberikan tantangan tersendiri bagi dokter. Dr. Herlin menekankan pentingnya bagi dokter untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukasi dan penyebaran informasi positif. “Dokter harus mampu menggunakan platform ini untuk memberikan penjelasan yang akurat dan bermanfaat,” ungkapnya.
Selain itu, perubahan regulasi yang mengatur keprofesian dokter juga menjadi bahan pembelajaran bagi mereka. Para dokter diharapkan untuk terus berbenah dan menyesuaikan diri dengan regulasi yang ada. “Dalam proses transformasi ini, ada banyak aspek positif yang perlu dipertahankan dan hal-hal yang perlu diperbaiki,” jelasnya.
Dr. Herlin berharap agar para dokter tetap setia pada prinsip profesionalisme dan terus membuka diri terhadap perubahan zaman. “Kita perlu bersatu dalam organisasi IDI untuk membangun keharmonisan di antara sesama dokter,” tutupnya.