Blitar – Produksi pertanian di Kabupaten Blitar mengalami penurunan yang signifikan selama periode 2023-2024. Cuaca ekstrem yang tidak menentu menyebabkan banyak lahan pertanian gagal panen, terutama di sektor pangan dan hortikultura.
Dampak Cuaca Ekstrem pada Produksi Pertanian
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar, Toha Mashuri, menyatakan bahwa cuaca ekstrem berdampak besar pada hasil pertanian, khususnya di sektor pangan dan hortikultura. Toha menjelaskan bahwa kemarau panjang pada periode tersebut memperburuk situasi bagi petani, terutama petani padi.
“Cuaca ekstrem selama 2023-2024 sangat memengaruhi hasil produksi pertanian di Kabupaten Blitar,” ungkapnya pada Selasa (22/10/2024).
Penurunan Produksi Padi Akibat Kemarau Panjang
Kemarau panjang menyebabkan kekurangan air, sehingga para petani padi yang biasanya bisa menanam dua hingga tiga kali setahun kini hanya mampu menanam satu kali di beberapa daerah yang rawan kekeringan.
“Di daerah yang rawan kekeringan, petani hanya bisa menanam padi sekali setahun. Ini jelas berdampak pada penurunan produksi padi,” ujar Toha.
Data DKPP menunjukkan bahwa meskipun penurunan produksi padi tidak terlalu besar, dampaknya tetap terasa. Pada 2023, produksi gabah kering giling di Kabupaten Blitar mencapai 313.083 ton dengan luas lahan panen 50.107 hektare. Namun, hingga September 2024, produksi hanya mencapai 178.349 ton dari luas lahan 32.758 hektare.
Tantangan Produksi Hortikultura
Tidak hanya tanaman padi, sektor hortikultura juga terdampak, terutama tanaman cabai. Petani cabai yang biasanya menikmati hasil panen melimpah kini kesulitan karena kurangnya air.
“Banyak tanaman cabai mati dan hasil panennya menurun drastis,” tambah Toha.
Upaya DKPP dalam Mengatasi Dampak Cuaca Ekstrem
Untuk mengurangi dampak penurunan produksi pertanian, DKPP melakukan beberapa langkah antisipasi. Salah satunya adalah mendorong penggunaan sistem pengairan tetes (drip irrigation), yang mampu menyalurkan air langsung ke akar tanaman secara efisien. Sistem ini sudah diterapkan pada tanaman cabai di beberapa daerah.
Selain itu, beberapa petani di Kecamatan Wates telah menggunakan sistem greenhouse yang membantu mengendalikan hama lebih baik serta memperpanjang masa panen tanaman cabai hingga lebih dari setahun.
“Petani cabai yang menggunakan greenhouse bisa panen sepanjang tahun dengan hasil yang tidak kalah dibandingkan sistem terbuka,” jelas Toha.
Bantuan Pompanisasi untuk Petani Padi
Di sektor pertanian padi, DKPP juga menyalurkan bantuan pompanisasi dari pemerintah pusat kepada petani di daerah yang terdampak kekeringan, seperti Kecamatan Sutojayan. Dengan bantuan ini, para petani yang sebelumnya hampir beralih menanam jagung kini bisa kembali menanam padi.
“Petani di Kecamatan Sutojayan awalnya berencana menanam jagung karena kekeringan. Namun, berkat bantuan pompanisasi, mereka kembali menanam padi dan berhasil panen,” pungkas Toha.
Dengan upaya-upaya ini, diharapkan dampak negatif dari cuaca ekstrem terhadap sektor pertanian di Kabupaten Blitar bisa diminimalkan, sehingga produksi pertanian tetap berjalan meskipun menghadapi tantangan cuaca yang tidak menentu.